Di Masa Depan Baterai Akan Gunakan Bahan Bakar Cair
Piranti mobile seperti telepon seluler (ponsel), Personal Digital Assistant (PDA) dan notebook saat ini semakin banyak digunakan. Alasannya? Selain karena praktis dan mudah dibawa kemana saja, piranti mobile juga semakin maju dalam hal kemampuan mengelola data-data milik majikannya. Ia mampu melakukan penghitungan yang tidak kalah dibandingkan komputer-komputer desktop, misalnya. Piranti mobile juga dilengkapi memori yang cukup tinggi sehingga bisa menyimpan data dalam jumlah yang cukup besar.
Tetapi sejalan dengan meningkatnya kemampuan piranti-piranti tersebut, mereka juga semakin haus tenaga. Kebutuhan akan tenaga begitu besar sehingga para produsen piranti mobile harus melengkapi produknya dengan baterai yang lebih kuat sekaligus tahan lama.
Namun baterai kuat saja tidak cukup. Manusia menginginkan segala sesuatunya menjadi praktis dan tidak makan waktu. Dengan alasan tersebut, pengisian kembali (recharge) tenaga baterai menjadi salah satu masalah yang dianggap menyebabkan pekerjaan menjadi tidak efisien.
Untuk mengatasi hal itu, beberapa perusahaan di Jepang, termasuk perusahaan komunikasi mobile Toshiba Corp, mulai memikirkan penggunaan sel-sel bahan bakar sebagai sumber tenaga piranti-piranti bergerak. Diilhami dari baterai-baterai yang dipakai sebagai sumber tenaga wahana ruang angkasa di tahun 1960-an, mereka mengembangkan sel bahan bakar mini yang mampu menghasilkan energi listrik melalui reaksi antara hidrogen dan oksigen.
Dengan baterai-baterai sel bahan bakar tersebut, kegiatan recharging bisa dihilangkan karena sel-sel itu cukup diisi bahan bakar tambahan (refuiling), bila tenaganya menipis.
Dikatakan Tetsuya Mizoguchi, presiden Toshiba Corp, perusahaannya tengah mencoba menciptakan baterai sel bahan bakar yang mampu mengubah methanol menjadi tenaga listrik secara langsung. Baterai itu diharapkan akan tersedia untuk masyarakat dalam waktu dua tahun ke depan.
Hal serupa juga dilakukan oleh produsen ponsel terbesar di Jepang, NEC Corp, yang bersama dengan dua badan riset pemerintah sedang mengembangkan baterai berbahan bakar methanol dan memakai nanoteknologi. Menurut NEC, kapasitas energi hasil penemuan itu 10 kali akan lebih besar daripada baterai lithium biasa, sehingga memungkinkan seseorang menggunakan ponselnya sebulan penuh, atau memakai laptopnya seharian tanpa harus di-charge.
Mengenai pasar baterai tersebut, Yoshimi Kubo, senior manager di NEC Laboratories memperkirakan ponsel generasi ke-tiga (3G) akan memenjadi salah satu piranti yang paling cepat mengadopsi teknologi baterai sel bahan bakar. Seperti diketahui, dengan kemampuan yang dimilikinya, ponsel 3G memerlukan tenaga yang tidak sedikit, dan hal itu menjadi masalah karena dengan baterai standar saat ini pengguna ponsel 3G hanya bisa berbicara selama 100 menit atau melakukan video-conferencing selama 70 menit.
"Saya yakin industri telekomunikasi membutuhkan baterai yang dapat diandalkan karena ponsel 3G saat ini tidak mempunyai tenaga cukup. Mereka, cepat atau lambat, akan membutuhkan baterai ber-sel bahan bakar," ujar Kubo yang berencana memasarkan baterai bahan bakar NEC pada tahun 2005.
Di lain pihak, Sony Corp, salah satu raksasa elektronik dunia, juga tidak mau ketinggalan dengan ikut mengembangkan baterai ber-sel bahan bakar yang menggunakan molekul-molekul karbon, sehingga memungkinkannya berfungsi pada suhu ekstrim.
Salah satu keunggulan lain dari baterai ber-sel bahan bakar, menurut Kubo, adalah bentuknya yang dapat disesuaikan karena ia menggunakan bahan bakar cair. Karena fleksibilitasnya, maka para peneliti memperkirakan mereka tidak akan kesulitan memasang baterai tersebut pada piranti-piranti elektronik.
Sementara mengenai biaya pemakaiannya, methanol yang tidak terlalu mahal diperkirakan dapat menyaingi biaya yang dikeluarkan pada penggunaan baterai lithium. Hal itu masih ditambah keuntungan dalam hal waktu karena pengisian sel bahan bakar akan jauh lebih singkat daripada waktu recharge baterai lithium.
Sampai saat ini semua perusahaan itu pada prinsipnya hanya menghadapi masalah ukuran. Mereka sedang mencari jalan agar baterai-baterai sel bahan bakar yang mereka kembangkan bisa mencapai ukuran sekecil mungkin. (Rtr/wsn)
Posting Komentar