RSS

“ PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROBA “


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROBA

Semakin menipisnya cadangan energi yang tak terbaharukan untuk pembangkit energi listrik, membuat para peneliti bekerja keras menemukan alternatif pengganti yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik. Salah satu yang sedang dicoba oleh Peneliti dari Universitas Harvard Prof. Peter Girguis kini mengembangkan teknologi pembangkit listrik dari mikroba, menurutnya sekitar 2,8 milyar penduduk dunia tidak punya akses ke sumber listrik.

Walaupun gagasan ini belum sepenuhnya berhasil menggantikan sumber energi lain yang ada, namun penyempurnaan terhadap hasil penelitian akan terus dilakukan sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal.

Secara lengkap tentang artikel tersebut dapat anda baca dibawah ini, yang kami kutip dari Deutsche Welle DW-World.de


MIKROBA SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Gagasan memanfaatkan mikroba untuk membangkitkan listrik kedengarannya ekstrem. Tentu saja daya listrik yang dibangkitkan dari mikroba tak sebesar yang dihasilkan pembangkit listrik konvensional. Penelitian untuk memanfaatkan mikroba sebagai pembangkit energi listrik tersebut saat ini dilakukan oleh Profesor Peter Girguis, pakar mikro-biologi dari Universitas Harvard. Model pembangkit listrik mikroba itu dalam uji coba di laboratorium, saat ini baru mampu mengisi baterai telefon seluler atau menyalakan sebuah lampu LED. Daya listrik yang dibangkitkan memang masih terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, namun sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang paling mendasar di zaman teknologi komunikasi yang semakin maju.


Bakteri Anaerob

Bakteri yang dimanfaatkan untuk membangkitkan energi adalah dari jenis bakteri anaerob, yakni bakteri yang berkembang dalam lingkungan tanpa oksigen. Penelitian menunjukkan, bakteri yang paling efektif membangkitkan listrik antara lain bakteri anaerob yang hidup dari unsur logam, belerang atau gas methan. Menemukan bakteri semacam ini sebetulnya relatif mudah. Cukup bermodal cangkul dan menggalinya di kebun di belakang rumah, kata Peter Girguis. Lebih lanjut disebutkannya :

“Jika kita ingin mencari sumber bakteri untuk membuat sel pembangkit listrik, cari saja habitat tanpa oksigen. Banyak yang tidak tahu, habitat semacam ini ada di kebun kita. Jika kita menggali tanahnya cukup dalam, di sana tidak ada oksigen lagi.“

Tanah yang diberi pupuk kompos merupakan makanan ideal bagi bakteri an-aerob tersebut. Bakteri jenis ini memiliki keunikan metabolisme yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Karena sebagai produk buangan dari metabolismenya, bakteri ini melepaskan elektron. Elektron inilah yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik.

Peneliti mikro biologi dari Universitas Harvard Peter Girguis secara sederhana menggambarkan model sel pembangkit listrik mikroba yang dibuatnya.

"Pada tanah yang tidak mengandung oksigen kita tanam sebuah elektroda. Misalnya batang grafit dari sebuah pensil atau dari baterei bekas. Pensil harganya murah, baterai bekas bahkan gratis. Pada elektroda ini bakteri akan berkembang biak. Setelah itu kita pasang sebuah batang grafit lain di atas permukaan tanah, yang bertindak sebagai katoda. Jika elektroda dan katoda dihubungkan mengunakan kabel yang dilengkapi sirkuit saklar, kita memiliki sumber listrik. Saklar hanya berfungsi menyambung atau memutus aliran listriknya."


Daya kecil

Daya listrik yang dihasilkan model sel pembangkit listrik bakteri itu, memang baru mampu menyalakan sebuah lampu LED atau mengisi baterai ponsel. Namun saat ini terus dilakukan penelitian intensif untuk meningkatkan kapasitasnya. Uji coba pemanfaatan bakteri untuk menghasilkan litsrik memang sudah dilakukan sejak awal abad ke-20. Akan tetapi ketika itu banyak kendalanya karena sifat bakterinya belum banyak dikenal. Peter Girguis menggambarkan kendala tersebut.

“Sel pembangkit listrik bakteri yang pertama, dibuat dari mikroba yang dikembang-biakan di laboratorium. Para peneliti mencampurkan bahan kimia agar bakteri melepaskan elektron. Bahan kimia ini mahal dan kadang-kadang beracun. Uji cobanya amat rumit karena memerlukan persyaratan tertentu. Misalnya semua harus diaduk rata dengan teliti pada suhu konstan 25 derajat Celsius. Uji cobanya amat mahal dan perlu kerja intensif.“
0 komentar

Posted in

Welcome To My Blog's

Here You can enjoy my blog's. So Take Your Times.
Powered By Blogger

My Cuttie Photos

My Cuttie Photos
imoettt khan,,,,,^_~